Da’i adalah sinkatan kata dari Da'ilallah, iaitu pendakwah yang mempunyai atau memiliki perkataan yang terbaik. Da’ilallah adalah pendakwah yang menyeru dan memberi pengajaran kepada orang ramai agar bertauhid kepada Allah SWT dan kufur kepada thaghut.
Tanggungjawab seorang Da'ilallah termasuklah menasihati, mengajak dan mendorong orang ramai untuk beribadah kepada Allah SWT, memperbaiki ushulud diin (aqidah), menyanggah hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam dengan cara berhikmah dan lembut, melarang dari kekufuran dan kesyirikan.
Mereka adalah pemilik husnul khuluq(akhlak yang termulia) dan ahsanu qoulan(perkataan yaqng terbaik). Allah SWT berfirman dalam Surah Fushshilat ayat 33, yang bermaksud:
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS 41:33)
Ibnu Katsir berkata, “Orang yang paling baik perkataannya adalah yang mengajak hamba Allah ke jalan-Nya.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 12: 240)
Al Alusi berkata, “Yang dimaksud ayat tersebut adalah orang yang berdakwah untuk mentauhidkan Allah dan taat kepada-Nya. Ayat ini mencakup setiap orang yang mengajak ke jalan Allah (termasuk da’i dan muadzin). Demikian pendapat Al Hasan Al Bashri, Maqotil dan mayoritas ulama.” (Ruhul Ma’ani, 18: 198 – Asy Syamilah)
Asy Syaukani menyebutkan, “Yang dimaksud dalam ayat di atas adalah orang yang berdakwah untuk mentauhidkan Allah dan taat kepada-Nya. Kata Al Hasan Al Bashri, “Dia adalah mukmin yang Allah menerima seruannya dan ia pun menyeru yang lain untuk taat kepada Allah.” (Fathul Qodir, 6: 354 – Asy Syamilah)
Berakhlaq mulia kepada Allah bermaksud sentiasa redha terhadap ketetapan hukum-Nya, baik yang berupa aturan syari’at maupun ketetapan takdir, menerimanya dengan dada yang lapang tanpa keluh kesah, tidak berputus asa ataupun bersedih.
Berakhlak mulia kepada sesama manusia pula adalah mempamerkan sikap dan perangai yang terbaik melalui 3 cara ini:
1) Kafful adza (menahan diri dari mengganggu): yaitu dengan tidak mengganggu sesama baik melalui ucapan maupun perbuatannya.
2) Badzlu nada (memberikan kebaikan yang dipunyai): yaitu rela memberikan apa yang dimilikinya berupa harta atau ilmu atau kedudukan dan kebaikan lainnya.
3) Thalaqatul wajhi (bermuka berseri-seri, ramah): dengan cara memasang wajah berseri apabila berjumpa dengan sesama, tidak bermuka masam atau memalingkan pipi, inilah husnul khuluq.
Orang yang dapat melakukan ketiga2 perkara ini nescaya dia juga akan dapat bersabar menghadapi gangguan yang ditimpakan oleh orang lain kepadanya, sebab bersabar menghadapi gangguan mereka termasuk husnul khuluq juga.
“Jadilah Engkau Pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (Qs. al-A’raaf: 199)
Ayat yang mulia ini telah merangkum kandungan makna-makna husnul khuluq kepada kita dalam hal mu’amalat dan pergaulan hidup sesama manusia. Allah SWT memerintahkan kita untuk melakukan tiga hal:
1) Menjadi pemaaf.
2) Menyuruh orang agar mengerjakan yang ma’ruf.
3) Berpaling dari orang-orang yang bodoh(jangan bergadud dengan mereka)
Dakwah Nabi Nuh ‘alaihis salaam:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. Al A’raaf: 59)
Dakwah Nabi Hud ‘alaihis salaam:
“Dan kepada kaum ‘Aad, Kami utus saudara mereka iaitu Hud. Dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. Al A’raaf: 65).
Dakwah Nabi Shalih ‘alaihis salaam:
“Dan kepada kaum Tsamud, Kami utus saudara mereka iaitu Shalih. Dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. Al A’raaf: 73)
Dakwah Nabi Syu’aib ‘alaihis salaam:
“Dan kepada kaum Madyan, Kami utus saudara mereka yaitu Syu’aib. Dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. Al A’raaf: 85)
Kita?
Wallahu'alam
No comments:
Post a Comment